kadang-kadang disebut pula malu-malu— adalah jenis primata yang gerakannya lambat. Warna rambutnya beragam, dari kelabu keputihan, kecoklatan, hingga kehitam-hitaman. Pada punggung terdapat garis cokelat melintang dari belakang hingga dahi, lalu bercabang ke dasar telinga dan mata. Berat tubuhnya berkisar antara 0,375-0,9 kg, dan panjang tubuh hewan dewasa sekitar 19–30 cm. Dari delapan spesies kukang yang masih ada, enam di antaranya dapat ditemukan di Indonesia, yakni di pulau-pulauSumatera, Jawa dan Kalimantan. Kukang (Nycticebus spp.) memiliki penampilan yang lucu dan menggemaskan sehingga banyak masyarakat umum yang gemar menjadikan primata ini sebagai hewan peliharaan. Karenanya, semua jenis kukang ini telah terancam oleh kepunahan. Kukang telah dilindungi oleh hukum Indonesia, sehingga memperdagangkannya tergolong melanggar hukum (ilegal) dan kriminal. (sumber:https://id.wikipedia.org/wiki/Kukang)Di dunia terdapat 14 jenis (spesies) kukang yang 3 diantaranya terdapat di Indonesia. Ketiga jenis kukang yang hidup di Indonesia adalah kukang besar (Nycticebus coucang), kukang jawa (Nycticebus javanicus), dan kukang borneo (Nycticebus menagensis). kukang yang berada dikalimantan yang dikenal dengan nama kukang borneo.Kukang Borneo (Bornean Slow Loris). Kukang bernama latin Nycticebus menagensis ini endemik Kalimantan yang bisa ditemukan di Indonesia (Kalimantan, Bangka, dan Belitung), Malaysia (Sabah dan Serawak), Brunei Darussalam, dan sebagian Filipina. Sebelumnya, kukang jawa dianggap sebagai anakjenis (sub spesies) dari Nycticebus coucang namun kemudian diakui sebagai spesies tersendiri.(sumber:https://www.facebook.com/818298194855373/photos/pcb.1406580449360475/1406580399360480/?type=3&theater)Dengan cara yang lamban ini, kukang menghabiskan sedikit energi. Bulunya yang berwarna cokelat dan kasar, yang kadang-kadang ditumbuhi ganggang hijau, menyebabkan binatang ini tersamar di lingkungannya. Kukang jarang turun ke tanah karena cara berjalannya yang lamban dan kikuk akan menjadikannya mangsa empuk bagi jaguar dan pemangsa lain. Selama bulan pertama, kukang yang baru lahir menempel pada induknya untuk menyusu. Kukang melahirkan satu anak pada musim panas. Setelah sebulan, anak kukang mulai makan daun. Enam hingga sembilan bulan kemudian, induk menyisihkan sebagian dari wilayah makannya bagi anaknya.Setiap kukang belajar dari induknya untuk makan hanya pada pohon tertentu. Setelah disapih, anakan itu mewarisi wilayah makanan induknya dan juga seleranya untuk daun tertentu. Cara makan yang pilih-pilih ini menjamin bahwa beberapa kukang dapat makan di satu wilayah umum tanpa saling mengganggu.Lambung KukangLambung kukang itu besar dan rumit, dengan beberapa ruangan terpisah. Jalur setepatnya yang dilalui makanan tidaklah diketahui, tetapi makanan itu tentulah tinggal di lambung untuk jangka waktu yang lama. Pada ruangan di lambungnya, daun lambat laun diuraikan oleh mukus. Di lambung kiri terdapat dua ruangan: satu mengandung kelenjar-kelenjar peptik, dan yang lain adalah ruang pemamah dan pengunyah.Cara Mengasuh AnakSelama bulan pertama, kukang yang baru lahir menempel pada induknya untuk menyusu. Kukang melahirkan satu anak pada musim panas. Setelah sebulan, anak kukang mulai makan daun. Enam hingga sembilan bulan kemudian, induk menyisihkan sebagian dari wilayah makannya bagi anaknya.Setiap kukang belajar dari induknya untuk makan hanya pada pohon tertentu. Setelah disapih, anakan itu mewarisi wilayah makanan induknya dan juga seleranya untuk daun tertentu. Cara makan yang pilih-pilih ini menjamin bahwa beberapa kukang dapat makan di satu wilayah umum tanpa saling mengganggu.Tapi tidak bisa dipungkiri perburuan akan satwa kecil ini juga meraja lela. Selain itu, kurang ketatnya pengawasan, pelaksanaan dan penegakan hukum juga menjadi alasan semakin maraknya perdagangan dan pemeliharaan kukang. Menurut data Unit Kejahatan Satwaliar (Wildlife Crimes Unit/WCU) bahwa perdagangan kukang di Indonesia menduduki peringkat ke dua setelah monyet ekor panjang (Long-tailed macaque). Kukang yang diperdagangka n biasanya memiliki ciri khas, yaitu dipotong bahkan sampai dicabut giginya oleh pedagang. Pemotongan/pencabutan gigi ini, yang menyulitkan kukang untuk makan, dilakukan sebelum dijual.Akibat yang dapat ditimbulkan cukup fatal, seperti terjadinya infeksi atau bahkan sampai menyebabkan kematian tragis satwa ini. Di sisi lain, karena gigi yang tidak sempurna, kukang yang dapat diselamatkan dari perdagangan dan direhabilitasi memiliki kemampuan bertahan hidup di alam yang sangat kecil. Upaya perlindungan kukang tidak akan cukup kuat hanya dengan menjaga dari kepunahan, jika perburuan dan perdagangan kukang tidak segera diatasi. referensi:http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/09/tentang-kukanghttps://id.wikipedia.org/wiki/Kukanghttps://alamendah.org/2010/08/08/kukang-nycticebus-coucang-yang-malu-malu/http://kukangku.org/petisi
Rabu, 25 Mei 2016
Jumat, 20 Mei 2016
Buah lai khas kalimantan
buah yang masih
merupakan kerabat durian dengan aroma yang lebih lembut dan bau yang
jauh lebih ramah dibandingkan dengan saudaranya, durian. Namanya buah
Lai atau Lay. Buah ini merupakan buah kerabat durian yang banyak ditemui
di Kalimantan
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/delianasetia/lai-durian-dengan-aroma-lebih-ramah_54f83550a33311d4178b51fc
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/delianasetia/lai-durian-dengan-aroma-lebih-ramah_54f83550a33311d4178b51fc
buah yang masih
merupakan kerabat durian dengan aroma yang lebih lembut dan bau yang
jauh lebih ramah dibandingkan dengan saudaranya, durian. Namanya buah
Lai atau Lay. Buah ini merupakan buah kerabat durian yang banyak ditemui
di Kalimantan
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/delianasetia/lai-durian-dengan-aroma-lebih-ramah_54f83550a33311d4178b51fc
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/delianasetia/lai-durian-dengan-aroma-lebih-ramah_54f83550a33311d4178b51fc
buah yang masih
merupakan kerabat durian dengan aroma yang lebih lembut dan bau yang
jauh lebih ramah dibandingkan dengan saudaranya, durian. Namanya buah
Lai atau Lay. Buah ini merupakan buah kerabat durian yang banyak ditemui
di Kalimantan
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/delianasetia/lai-durian-dengan-aroma-lebih-ramah_54f83550a33311d4178b51fc
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/delianasetia/lai-durian-dengan-aroma-lebih-ramah_54f83550a33311d4178b51fc
buah yang masih
merupakan kerabat durian dengan aroma yang lebih lembut dan bau yang
jauh lebih ramah dibandingkan dengan saudaranya, durian. Namanya buah
Lai atau Lay. Buah ini merupakan buah kerabat durian yang banyak ditemui
di Kalimantan
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/delianasetia/lai-durian-dengan-aroma-lebih-ramah_54f83550a33311d4178b51fc
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/delianasetia/lai-durian-dengan-aroma-lebih-ramah_54f83550a33311d4178b51fc
Klasifikasi
kingdom: Plantae
super divisi: Spermatophyta
divisi: Magnoliophyta
kelas: Magnoliopsida
sub kelas: Dilleniidae
ordo: Malvales
famili: Bombacaceae
genus: Durio
spesies: Durio kutjensis
Buah yang
masih merupakan kerabat durian dengan aroma yang lebih lembut dan bau yang jauh
lebih ramah dibandingkan dengan saudaranya, durian. Namanya buah Lai atau Lay.
Buah ini merupakan buah kerabat durian yang banyak ditemui di Kalimantan, buah yang memiliki nama ilmiah Durio kutejensis memiliki ciri berwarna kuning dan mempunyai duri khas dari buah durian, namun yang
membedakan adalah aroma dan rasanya. Tak seperti durian yang mempunyai
bau menyengat, buah Lai tidak berbau menyengat begitu juga ketika
dimakan buah Lai tidak terasa panas di lambung. Kelebihan Lai pada selain pada aroma yang lembut, warna daging atraktif, daya simpan
yang lebih lama, dan musim panen yang berbeda dengan durian, juga memberikan
peluang pasar lebih luas pada Lai baik untuk pasar domestik maupun
ekspor.
beberapa varietas Lai sudah beredar di
masyarakat, baik yang sudah dilepas sebagai varietas unggul maupun yang
belum dilepas, diantaranya adalah Lai Mas, Lai Kayan, Lai Rencong, Lai
Nangka dan Lai Batuah. Lai Mas merupakan salah satu varietas yang
pertama kali diperkenalkan ke umum. Walaupun belum dilepas sebagai
varietas unggul, ia sudah cukup dikenal. Di Taman Buah Mekarsari,
varietas ini telah ditanam cukup banyak dan sudah berproduksi. Pada
musim buah ia menjadi salah satu daya tarik dalam pesta kebun bertema
durian (komunikasi pribadi).
Lai Kayan, Lai Rencong, Lai Nangka dan
Lai Batuah, merupakan varietas Lai yang terbilang baru, dan telah
dilepas sebagai varietas unggul dari Kalimantan Timur.
Varietas-varietas ini sekarang sedang mulai dikembangkan. Beberapa
kebun telah menghasilkan dan ternyata cukup diminati konsumen. Informasi
terakhir, varietas ini juga diminati oleh eksportir dari Singapura dan
Malaysia (Diperta Kaltim, komunikasi pribadi). Dan masih banyak lagi Lai
yang tersebar di kawasan lain di Kalimantan yang belum dieksplorasi
atau dipromosikan ke umum.
Musim panen Lai biasanya bulan Januari sampai Maret, dengan masa puncak
bulan Februari. Ketika musim buah Lai di Samarinda, Balikpapan, Tarakan
dan Nunukan pada akhir-akhir tahun kita akan melihat buah Lai banyak
dijajakan disepanjang jalan utama dengan harga 15 ribu hingga 25 ribu
tergantung jenis dan ukuran. Lai mempunyai porsi daging buah 20-40%.
Teksturnya agak kering atau lembut dan halus tergantung pada
varietasnya. Buahnya yang baru gugur biasanya belum masak penuh dan
mutunya meningkat beberapa hari setelah gugur.
referensi:
http://frenatus.blogspot.co.id/2012/09/klasifikasikingdom-plantae-super-divisi.html
http://www.kompasiana.com/delianasetia/lai-durian-dengan-aroma-lebih-ramah_54f83550a33311d4178b51fc
http://balitbu.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/berita-mainmenu-26/13-info-aktual/345-lai-
http://www.nasa-borneo.com/2016/01/lai-buah-mirip-durian-dari-kalimantan.html
referensi:
http://frenatus.blogspot.co.id/2012/09/klasifikasikingdom-plantae-super-divisi.html
http://www.kompasiana.com/delianasetia/lai-durian-dengan-aroma-lebih-ramah_54f83550a33311d4178b51fc
http://balitbu.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/berita-mainmenu-26/13-info-aktual/345-lai-
http://www.nasa-borneo.com/2016/01/lai-buah-mirip-durian-dari-kalimantan.html
Kamis, 19 Mei 2016
MARI MENGENAL BURUNG ENGGANG
Sejenis burung yang mempunyai paruh berbentuk tanduk sapi tetapi tanpa
lingkaran. Biasanya paruhnya itu berwarna terang. Nama ilmiahnya
“Buceros” merujuk pada bentuk paruh, dan memiliki arti “tanduk sapi”
dalam Bahasa Yunani. Burung enggang merupakan salah satu
fauna endemik kalimantan. Burung enggang atau yang sering disebut burung rangkong
mempunyai nama latin Bucerotidae. Burung enggang (bahasa Inggris: Hornbill) Di antara semua jenis burung enggang/burung rangkong, enggang gading (Buceros vigil) adalah
yang terbesar ukurannya, kepalanya dan paruhnya besar, tebal dan kokoh
dengan tanduk yg menutup bagian dahinya. Warna tanduk merah pada bagian
yang dekat dengan kepala, kuning gading pada sisanya.Ekor sangat panjang sampai dua kali panjang tubuhnya
seluruhnya dapat mencapai 1,5 m, terbangnya kuat dengan mengeluarkan
bunyi hempasan sayap.
Binatang yang
dilindungi ini pada usia mudanya mempunyai paruh dan mahkota berwarna
putih. Seiring usianya, paruh dan mahkotanya akan berubah warna menjadi
oranye dan merah, ini akibat dari seringnya enggang menggesekkan paruh
ke kelenjar penghasil warna oranye merah yang terletak di bawah ekornya
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6v
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6v
Binatang yang
dilindungi ini pada usia mudanya mempunyai paruh dan mahkota berwarna
putih. Seiring usianya, paruh dan mahkotanya akan berubah warna menjadi
oranye dan merah, ini akibat dari seringnya enggang menggesekkan paruh
ke kelenjar penghasil warna oranye merah yang terletak di bawah ekornya
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Binatang yang
dilindungi ini pada usia mudanya mempunyai paruh dan mahkota berwarna
putih. Seiring usianya, paruh dan mahkotanya akan berubah warna menjadi
oranye dan merah, ini akibat dari seringnya enggang menggesekkan paruh
ke kelenjar penghasil warna oranye merah yang terletak di bawah ekornya
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Binatang yang
dilindungi ini pada usia mudanya mempunyai paruh dan mahkota berwarna
putih. Seiring usianya, paruh dan mahkotanya akan berubah warna menjadi
oranye dan merah, ini akibat dari seringnya enggang menggesekkan paruh
ke kelenjar penghasil warna oranye merah yang terletak di bawah ekornya
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Binatang yang
dilindungi ini pada usia mudanya mempunyai paruh dan mahkota berwarna
putih. Seiring usianya, paruh dan mahkotanya akan berubah warna menjadi
oranye dan merah, ini akibat dari seringnya enggang menggesekkan paruh
ke kelenjar penghasil warna oranye merah yang terletak di bawah ekornya
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Binatang yang
dilindungi ini pada usia mudanya mempunyai paruh dan mahkota berwarna
putih. Seiring usianya, paruh dan mahkotanya akan berubah warna menjadi
oranye dan merah, ini akibat dari seringnya enggang menggesekkan paruh
ke kelenjar penghasil warna oranye merah yang terletak di bawah ekornya.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Binatang yang
dilindungi ini pada usia mudanya mempunyai paruh dan mahkota berwarna
putih. Seiring usianya, paruh dan mahkotanya akan berubah warna menjadi
oranye dan merah, ini akibat dari seringnya enggang menggesekkan paruh
ke kelenjar penghasil warna oranye merah yang terletak di bawah ekornya.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Burung ini tersebar di Kalimantan dan Sumatera sampai ketinggian 1.500 m
di atas permukaan laut. Burung ini membutuhkan habitat yang berupa
hutan dengan pepohonan yang tinggi yaitu di hutan tropika yang tidak
terganggu, yang masih utuh.Indonesia merupakan rumah bagi 13 jenis burung rangkong yang tersebar
di hutan hujan tropis, tiga diantaranya bersifat endemik. Mayoritas,
rangkong banyak ditemukan di daerah hutan dataran rendah hutan
perbukitan (0 – 1000 m dpl). Di daerah pegunungan (> 1000 m dpl)
rangkong sudah mulai jarang ditemukan. Pulau Sumatera menempati jumlah
terbanyak dengan 9 jenis, di susul dengan Kalimantan dengan 8 jenis.
Dengan banyaknya jenis burung rangkong di Indonesia menjadikan daerah
penting untuk konservasi burung rangkong di dunia.
Burung enggang memiliki kebiasaan selalu bertengger di dahan batang
pohon yang besar dan yang paling tinggi. Kebiasaan bertengger di pohon
yang tinggi ini untuk memudahkan burung tersebut memandang dan
memperhatikan gerak-gerik binatang kecil yang ada di tanah maupun
melihat dikejauhan buah-buahan di pohon yang sudah masak. Burung
Enggang mempunyai kebiasaan hidup berpasang-pasangan dan cara bertelurnya
merupakan suatu daya tarik tersendiri. Pada awal masa bertelur burung jantan
membuat lubang yang terletak tinggi pada batang pohon untuk tempat bersarang
dan bertelurnya burung betina. Selama mengerami telurnya, sang betina bersembunyi
menutup lubang dengan dedaunan dan lumpur dengan lubang sebagai jendelanya.
Kemudian burung jantan memberi makan burung betinanya melalui sebuah lubang
kecil selama masa inkubasi, dan berlanjut sampai anak mereka tumbuh menjadi
burung muda. Karena itulah burung enggang ini dijadikan sebagai contoh
kehidupan bagi orang dayak untuk bermasyarakat agar selalu mencintai dan
mengasihi pasangan hidupnya dan mengasuh anak mereka hingga menjadi seorang
dayak yang mandiri dan dewasa.
Dalam budaya Kalimantan, burung enggang (tingan) merupakan simbol “Alam Atas” yaitu alam kedewataan yang bersifat “maskulin”. Di Pulau Kalimantan, burung enggang sakti digunakan sebagai lambang daerah atau symbol. Burung enggang diwujudkan dalam bentuk ukiran pada Budaya Dayak
Penghargaan masyarakat dayak terhadap burung enggang sebagai suatu symbol yang diagungkan tercermin dalam budaya masyarakat Dayak berupa tarian tradisional yang diberi nama tari burung enggang atau Tari Kancet Lasan (Sebutan masyarakat dayak Kenyah). Tari ini menggambarkan kehidupan sehari-hari burung Enggang, burung yang dimuliakan oleh suku Dayak karena dianggap sebagai tanda keagungan dan kepahlawanan. Tarian ini lebih ditekankan pada gerak-gerak burung Enggang ketika terbang melayang dan hinggap bertengger di dahan pohon.
Burung enggang juga dipakai sebagai logo atau maskot sebuah daerah, salah satu contohnya adalah daerah Malinau.
Dua Kepala Burung Enggang di atas bunga kapas dan padi: Melambangkan
keindahan dan keagungan seni budaya dan adat istiadat setempat. Hampir setiap
suku di Kabupaten Malinau menganggap Burung Enggang merupakan Raja dan burung
yang sangat berwibawa. Di malinau sendiri, burung tersebut sudah dilarang perburuannya. Bupati Malinau juga telah mengeluarkan surat edaran tentang larangan
perburuan untuk semua hewan dan binatang yang ada disekitar Taman
Nasional Kayan Mentarang yang salah satunya adalah burung enggang. Seluruh jenis rangkong di Indonesia di lindungi oleh pemerintah yang di tuangkan dalam Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999.
Mari kita melestarikan burung enggang !!!
refrensi:
https://blogs.uajy.ac.id/yuniafrischilla/2015/12/06/save-enggang/
http://www.wisatakaltim.com/sejarah/burung-enggang/
https://id.wikipedia.org/wiki/Rangkong
http://www.kemendagri.go.id/pages/profil-daerah/kabupaten/id/64/name/kalimantan-timur/detail/6406/malinau)
http://www.wisatakaltim.com/sejarah/burung-enggang/
https://id.wikipedia.org/wiki/Rangkong
http://www.kemendagri.go.id/pages/profil-daerah/kabupaten/id/64/name/kalimantan-timur/detail/6406/malinau)
Burung Enggang
mempunyai kebiasaan hidup berpasang-pasangan dan cara bertelurnya
merupakan suatu daya tarik tersendiri. Pada awal masa bertelur burung
jantan membuat lubang yang terletak tinggi pada batang pohon untuk
tempat bersarang dan bertelurnya burung betina. Selama mengerami
telurnya, sang betina bersembunyi menutup lubang dengan dedaunan dan
lumpur dengan lubang sebagai jendelanya. Kemudian burung jantan memberi
makan burung betinanya melalui sebuah lubang kecil selama masa inkubasi,
dan berlanjut sampai anak mereka tumbuh menjadi burung muda. Karena
itulah burung enggang ini dijadikan sebagai contoh kehidupan bagi orang
dayak untuk bermasyarakat agar selalu mencintai dan mengasihi pasangan
hidupnya dan mengasuh anak mereka hingga menjadi seorang dayak yang
mandiri dan dewasa.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Burung Enggang
mempunyai kebiasaan hidup berpasang-pasangan dan cara bertelurnya
merupakan suatu daya tarik tersendiri. Pada awal masa bertelur burung
jantan membuat lubang yang terletak tinggi pada batang pohon untuk
tempat bersarang dan bertelurnya burung betina. Selama mengerami
telurnya, sang betina bersembunyi menutup lubang dengan dedaunan dan
lumpur dengan lubang sebagai jendelanya. Kemudian burung jantan memberi
makan burung betinanya melalui sebuah lubang kecil selama masa inkubasi,
dan berlanjut sampai anak mereka tumbuh menjadi burung muda. Karena
itulah burung enggang ini dijadikan sebagai contoh kehidupan bagi orang
dayak untuk bermasyarakat agar selalu mencintai dan mengasihi pasangan
hidupnya dan mengasuh anak mereka hingga menjadi seorang dayak yang
mandiri dan dewasa.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
urung Enggang mempunyai
kebiasaan hidup berpasang-pasangan dan cara bertelurnya merupakan suatu
daya tarik tersendiri. Pada awal masa bertelur burung jantan membuat
lubang yang terletak tinggi pada batang pohon untuk tempat bersarang dan
bertelurnya burung betina. Selama mengerami telurnya, sang betina
bersembunyi menutup lubang dengan dedaunan dan lumpur dengan lubang
sebagai jendelanya. Kemudian burung jantan memberi makan burung
betinanya melalui sebuah lubang kecil selama masa inkubasi, dan
berlanjut sampai anak mereka tumbuh menjadi burung muda. Karena itulah
burung enggang ini dijadikan sebagai contoh kehidupan bagi orang dayak
untuk bermasyarakat agar selalu mencintai dan mengasihi pasangan
hidupnya dan mengasuh anak mereka hingga menjadi seorang dayak yang
mandiri dan dewasa.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
urung Enggang mempunyai
kebiasaan hidup berpasang-pasangan dan cara bertelurnya merupakan suatu
daya tarik tersendiri. Pada awal masa bertelur burung jantan membuat
lubang yang terletak tinggi pada batang pohon untuk tempat bersarang dan
bertelurnya burung betina. Selama mengerami telurnya, sang betina
bersembunyi menutup lubang dengan dedaunan dan lumpur dengan lubang
sebagai jendelanya. Kemudian burung jantan memberi makan burung
betinanya melalui sebuah lubang kecil selama masa inkubasi, dan
berlanjut sampai anak mereka tumbuh menjadi burung muda. Karena itulah
burung enggang ini dijadikan sebagai contoh kehidupan bagi orang dayak
untuk bermasyarakat agar selalu mencintai dan mengasihi pasangan
hidupnya dan mengasuh anak mereka hingga menjadi seorang dayak yang
mandiri dan dewasa.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
urung Enggang mempunyai
kebiasaan hidup berpasang-pasangan dan cara bertelurnya merupakan suatu
daya tarik tersendiri. Pada awal masa bertelur burung jantan membuat
lubang yang terletak tinggi pada batang pohon untuk tempat bersarang dan
bertelurnya burung betina. Selama mengerami telurnya, sang betina
bersembunyi menutup lubang dengan dedaunan dan lumpur dengan lubang
sebagai jendelanya. Kemudian burung jantan memberi makan burung
betinanya melalui sebuah lubang kecil selama masa inkubasi, dan
berlanjut sampai anak mereka tumbuh menjadi burung muda. Karena itulah
burung enggang ini dijadikan sebagai contoh kehidupan bagi orang dayak
untuk bermasyarakat agar selalu mencintai dan mengasihi pasangan
hidupnya dan mengasuh anak mereka hingga menjadi seorang dayak yang
mandiri dan dewasa.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7
urung Enggang mempunyai
kebiasaan hidup berpasang-pasangan dan cara bertelurnya merupakan suatu
daya tarik tersendiri. Pada awal masa bertelur burung jantan membuat
lubang yang terletak tinggi pada batang pohon untuk tempat bersarang dan
bertelurnya burung betina. Selama mengerami telurnya, sang betina
bersembunyi menutup lubang dengan dedaunan dan lumpur dengan lubang
sebagai jendelanya. Kemudian burung jantan memberi makan burung
betinanya melalui sebuah lubang kecil selama masa inkubasi, dan
berlanjut sampai anak mereka tumbuh menjadi burung muda. Karena itulah
burung enggang ini dijadikan sebagai contoh kehidupan bagi orang dayak
untuk bermasyarakat agar selalu mencintai dan mengasihi pasangan
hidupnya dan mengasuh anak mereka hingga menjadi seorang dayak yang
mandiri dan dewasa.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Langganan:
Postingan (Atom)