Rabu, 25 Mei 2016

Kukang, binatang khas kalimantan yang pemalu

          kadang-kadang disebut pula malu-malu— adalah jenis primata yang gerakannya lambat. Warna rambutnya beragam, dari kelabu keputihan, kecoklatan, hingga kehitam-hitaman. Pada punggung terdapat garis cokelat melintang dari belakang hingga dahi, lalu bercabang ke dasar telinga dan mata. Berat tubuhnya berkisar antara 0,375-0,9 kg, dan panjang tubuh hewan dewasa sekitar 19–30 cm. Dari delapan spesies kukang yang masih ada, enam di antaranya dapat ditemukan di Indonesia, yakni di pulau-pulauSumatera, Jawa dan Kalimantan. Kukang (Nycticebus spp.) memiliki penampilan yang lucu dan menggemaskan sehingga banyak masyarakat umum yang gemar menjadikan primata ini sebagai hewan peliharaan. Karenanya, semua jenis kukang ini telah terancam oleh kepunahan. Kukang telah dilindungi oleh hukum Indonesia, sehingga memperdagangkannya tergolong melanggar hukum (ilegal) dan kriminal.                                           (sumber:https://id.wikipedia.org/wiki/Kukang)Di dunia terdapat 14 jenis (spesies) kukang yang 3 diantaranya terdapat di Indonesia. Ketiga jenis kukang yang hidup di Indonesia adalah kukang besar (Nycticebus coucang), kukang jawa (Nycticebus javanicus), dan kukang borneo (Nycticebus menagensis).  kukang yang berada dikalimantan yang dikenal dengan nama kukang borneo.Kukang Borneo (Bornean Slow Loris). Kukang bernama latin Nycticebus menagensis ini endemik Kalimantan yang bisa ditemukan di Indonesia (Kalimantan, Bangka, dan Belitung), Malaysia (Sabah dan Serawak), Brunei Darussalam, dan sebagian Filipina. Sebelumnya, kukang jawa dianggap sebagai anakjenis (sub spesies) dari Nycticebus coucang namun kemudian diakui sebagai spesies tersendiri.(sumber:https://www.facebook.com/818298194855373/photos/pcb.1406580449360475/1406580399360480/?type=3&theater)Dengan cara yang lamban ini, kukang menghabiskan sedikit energi. Bulunya yang berwarna cokelat dan kasar, yang kadang-kadang ditumbuhi ganggang hijau, menyebabkan binatang ini tersamar di lingkungannya. Kukang jarang turun ke tanah karena cara berjalannya yang lamban dan kikuk akan menjadikannya mangsa empuk bagi jaguar dan pemangsa lain. Selama bulan pertama, kukang yang baru lahir menempel pada induknya untuk menyusu. Kukang melahirkan satu anak pada musim panas. Setelah sebulan, anak kukang mulai makan daun. Enam hingga sembilan bulan kemudian, induk menyisihkan sebagian dari wilayah makannya bagi anaknya.Setiap kukang belajar dari induknya untuk makan hanya pada pohon tertentu. Setelah disapih, anakan itu mewarisi wilayah makanan induknya dan juga seleranya untuk daun tertentu. Cara makan yang pilih-pilih ini menjamin bahwa beberapa kukang dapat makan di satu wilayah umum tanpa saling mengganggu.Lambung KukangLambung kukang itu besar dan rumit, dengan beberapa ruangan terpisah. Jalur setepatnya yang dilalui makanan tidaklah diketahui, tetapi makanan itu tentulah tinggal di lambung untuk jangka waktu yang lama. Pada ruangan di lambungnya, daun lambat laun diuraikan oleh mukus. Di lambung kiri terdapat dua ruangan: satu mengandung kelenjar-kelenjar peptik, dan yang lain adalah ruang pemamah dan pengunyah.Cara Mengasuh AnakSelama bulan pertama, kukang yang baru lahir menempel pada induknya untuk menyusu. Kukang melahirkan satu anak pada musim panas. Setelah sebulan, anak kukang mulai makan daun. Enam hingga sembilan bulan kemudian, induk menyisihkan sebagian dari wilayah makannya bagi anaknya.Setiap kukang belajar dari induknya untuk makan hanya pada pohon tertentu. Setelah disapih, anakan itu mewarisi wilayah makanan induknya dan juga seleranya untuk daun tertentu. Cara makan yang pilih-pilih ini menjamin bahwa beberapa kukang dapat makan di satu wilayah umum tanpa saling mengganggu.Tapi tidak bisa dipungkiri perburuan akan satwa kecil ini juga meraja lela. Selain itu, kurang ketatnya pengawasan, pelaksanaan dan penegakan hukum juga menjadi alasan semakin maraknya perdagangan dan pemeliharaan kukang. Menurut data Unit Kejahatan Satwaliar (Wildlife Crimes Unit/WCU) bahwa perdagangan kukang di Indonesia menduduki peringkat ke dua setelah monyet ekor panjang (Long-tailed macaque). Kukang yang diperdagangka n biasanya memiliki ciri khas, yaitu dipotong bahkan sampai dicabut giginya oleh pedagang. Pemotongan/pencabutan gigi ini, yang menyulitkan kukang untuk makan, dilakukan sebelum dijual.Akibat yang dapat ditimbulkan cukup fatal, seperti terjadinya infeksi atau bahkan sampai menyebabkan kematian tragis satwa ini. Di sisi lain, karena gigi yang tidak sempurna, kukang yang dapat diselamatkan dari perdagangan dan direhabilitasi memiliki kemampuan bertahan hidup di alam yang sangat kecil. Upaya perlindungan kukang tidak akan cukup kuat hanya dengan menjaga dari kepunahan, jika perburuan dan perdagangan kukang tidak segera diatasi. referensi:http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/09/tentang-kukanghttps://id.wikipedia.org/wiki/Kukanghttps://alamendah.org/2010/08/08/kukang-nycticebus-coucang-yang-malu-malu/http://kukangku.org/petisi

Jumat, 20 Mei 2016

Buah lai khas kalimantan

                            

buah yang masih merupakan kerabat durian dengan aroma yang lebih lembut dan bau yang jauh lebih ramah dibandingkan dengan saudaranya, durian. Namanya buah Lai atau Lay. Buah ini merupakan buah kerabat durian yang banyak ditemui di Kalimantan

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/delianasetia/lai-durian-dengan-aroma-lebih-ramah_54f83550a33311d4178b51fc
buah yang masih merupakan kerabat durian dengan aroma yang lebih lembut dan bau yang jauh lebih ramah dibandingkan dengan saudaranya, durian. Namanya buah Lai atau Lay. Buah ini merupakan buah kerabat durian yang banyak ditemui di Kalimantan

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/delianasetia/lai-durian-dengan-aroma-lebih-ramah_54f83550a33311d4178b51fc
buah yang masih merupakan kerabat durian dengan aroma yang lebih lembut dan bau yang jauh lebih ramah dibandingkan dengan saudaranya, durian. Namanya buah Lai atau Lay. Buah ini merupakan buah kerabat durian yang banyak ditemui di Kalimantan

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/delianasetia/lai-durian-dengan-aroma-lebih-ramah_54f83550a33311d4178b51fc
buah yang masih merupakan kerabat durian dengan aroma yang lebih lembut dan bau yang jauh lebih ramah dibandingkan dengan saudaranya, durian. Namanya buah Lai atau Lay. Buah ini merupakan buah kerabat durian yang banyak ditemui di Kalimantan

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/delianasetia/lai-durian-dengan-aroma-lebih-ramah_54f83550a33311d4178b51fc
Klasifikasi kingdom: Plantae 
super divisi: Spermatophyta 
divisi: Magnoliophyta
kelas: Magnoliopsida 
sub kelas: Dilleniidae 
ordo: Malvales 
famili: Bombacaceae 
genus: Durio 
spesies: Durio kutjensis
 
Buah yang masih merupakan kerabat durian dengan aroma yang lebih lembut dan bau yang jauh lebih ramah dibandingkan dengan saudaranya, durian. Namanya buah Lai atau Lay. Buah ini merupakan buah kerabat durian yang banyak ditemui di Kalimantan, buah yang memiliki nama ilmiah  Durio kutejensis memiliki ciri berwarna kuning dan mempunyai duri khas dari buah durian, namun yang membedakan adalah aroma dan rasanya. Tak seperti durian yang mempunyai bau menyengat, buah Lai tidak berbau menyengat begitu juga ketika dimakan buah Lai tidak terasa panas di lambung. Kelebihan Lai pada selain pada aroma yang lembut, warna daging atraktif, daya simpan yang lebih lama, dan musim panen yang berbeda dengan durian, juga memberikan peluang pasar lebih luas pada Lai baik untuk pasar domestik maupun ekspor.


beberapa varietas Lai sudah beredar di masyarakat, baik yang sudah dilepas sebagai varietas unggul maupun yang belum dilepas, diantaranya adalah Lai Mas, Lai Kayan, Lai Rencong, Lai Nangka dan Lai Batuah. Lai Mas merupakan salah satu varietas yang pertama kali diperkenalkan ke umum. Walaupun belum dilepas sebagai varietas unggul, ia sudah cukup dikenal. Di Taman Buah Mekarsari, varietas ini telah ditanam cukup banyak dan sudah berproduksi. Pada musim buah ia menjadi salah satu daya tarik dalam pesta kebun bertema durian (komunikasi pribadi).

Lai Kayan, Lai Rencong, Lai Nangka dan Lai Batuah, merupakan varietas Lai yang terbilang baru, dan telah dilepas sebagai varietas unggul dari Kalimantan Timur.  Varietas-varietas ini sekarang sedang mulai dikembangkan. Beberapa kebun telah menghasilkan dan ternyata cukup diminati konsumen. Informasi terakhir, varietas ini juga diminati oleh eksportir dari Singapura dan Malaysia (Diperta Kaltim, komunikasi pribadi). Dan masih banyak lagi Lai yang tersebar di kawasan lain di Kalimantan yang belum dieksplorasi atau dipromosikan ke umum.

Musim panen Lai biasanya bulan Januari sampai Maret, dengan masa puncak bulan Februari. Ketika musim buah Lai di Samarinda, Balikpapan, Tarakan dan Nunukan pada akhir-akhir tahun kita akan melihat buah Lai banyak dijajakan disepanjang jalan utama dengan harga 15 ribu hingga 25 ribu tergantung jenis dan ukuran. Lai mempunyai porsi daging buah 20-40%. Teksturnya agak kering atau lembut dan halus tergantung pada varietasnya. Buahnya yang baru gugur biasanya belum masak penuh dan mutunya meningkat beberapa hari setelah gugur.
referensi:
http://frenatus.blogspot.co.id/2012/09/klasifikasikingdom-plantae-super-divisi.html
http://www.kompasiana.com/delianasetia/lai-durian-dengan-aroma-lebih-ramah_54f83550a33311d4178b51fc
http://balitbu.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/berita-mainmenu-26/13-info-aktual/345-lai-
http://www.nasa-borneo.com/2016/01/lai-buah-mirip-durian-dari-kalimantan.html

Kamis, 19 Mei 2016

MARI MENGENAL BURUNG ENGGANG


                                  (sumber :https://blogs.uajy.ac.id/yuniafrischilla/2015/12/06/save-enggang/) 

Sejenis burung yang mempunyai paruh berbentuk tanduk sapi tetapi tanpa lingkaran. Biasanya paruhnya itu berwarna terang. Nama ilmiahnya “Buceros” merujuk pada bentuk paruh, dan memiliki arti “tanduk sapi” dalam Bahasa Yunani. Burung enggang merupakan salah satu fauna endemik kalimantan. Burung enggang atau yang sering disebut burung rangkong mempunyai nama latin  Bucerotidae. Burung enggang (bahasa Inggris: Hornbill) Di antara semua jenis burung enggang/burung rangkong, enggang gading (Buceros vigil) adalah yang terbesar ukurannya, kepalanya dan paruhnya besar, tebal dan kokoh dengan tanduk yg menutup bagian dahinya. Warna tanduk merah pada bagian yang dekat dengan kepala, kuning gading pada sisanya.Ekor sangat panjang sampai dua kali panjang tubuhnya seluruhnya dapat mencapai 1,5 m, terbangnya kuat dengan mengeluarkan bunyi hempasan sayap.

Binatang yang dilindungi ini pada usia mudanya mempunyai paruh dan mahkota berwarna putih. Seiring usianya, paruh dan mahkotanya akan berubah warna menjadi oranye dan merah, ini akibat dari seringnya enggang menggesekkan paruh ke kelenjar penghasil warna oranye merah yang terletak di bawah ekornya

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6v
Binatang yang dilindungi ini pada usia mudanya mempunyai paruh dan mahkota berwarna putih. Seiring usianya, paruh dan mahkotanya akan berubah warna menjadi oranye dan merah, ini akibat dari seringnya enggang menggesekkan paruh ke kelenjar penghasil warna oranye merah yang terletak di bawah ekornya

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Binatang yang dilindungi ini pada usia mudanya mempunyai paruh dan mahkota berwarna putih. Seiring usianya, paruh dan mahkotanya akan berubah warna menjadi oranye dan merah, ini akibat dari seringnya enggang menggesekkan paruh ke kelenjar penghasil warna oranye merah yang terletak di bawah ekornya

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Binatang yang dilindungi ini pada usia mudanya mempunyai paruh dan mahkota berwarna putih. Seiring usianya, paruh dan mahkotanya akan berubah warna menjadi oranye dan merah, ini akibat dari seringnya enggang menggesekkan paruh ke kelenjar penghasil warna oranye merah yang terletak di bawah ekornya

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Binatang yang dilindungi ini pada usia mudanya mempunyai paruh dan mahkota berwarna putih. Seiring usianya, paruh dan mahkotanya akan berubah warna menjadi oranye dan merah, ini akibat dari seringnya enggang menggesekkan paruh ke kelenjar penghasil warna oranye merah yang terletak di bawah ekornya

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Binatang yang dilindungi ini pada usia mudanya mempunyai paruh dan mahkota berwarna putih. Seiring usianya, paruh dan mahkotanya akan berubah warna menjadi oranye dan merah, ini akibat dari seringnya enggang menggesekkan paruh ke kelenjar penghasil warna oranye merah yang terletak di bawah ekornya.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Binatang yang dilindungi ini pada usia mudanya mempunyai paruh dan mahkota berwarna putih. Seiring usianya, paruh dan mahkotanya akan berubah warna menjadi oranye dan merah, ini akibat dari seringnya enggang menggesekkan paruh ke kelenjar penghasil warna oranye merah yang terletak di bawah ekornya.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Burung ini tersebar di Kalimantan dan Sumatera sampai ketinggian 1.500 m di atas permukaan laut. Burung ini membutuhkan habitat yang berupa hutan dengan pepohonan yang tinggi yaitu di hutan tropika yang tidak terganggu, yang masih utuh.Indonesia merupakan rumah bagi 13 jenis burung rangkong yang tersebar di hutan hujan tropis, tiga diantaranya bersifat endemik. Mayoritas, rangkong banyak ditemukan di daerah hutan dataran rendah hutan perbukitan (0 – 1000 m dpl). Di daerah pegunungan (> 1000 m dpl) rangkong sudah mulai jarang ditemukan. Pulau Sumatera menempati jumlah terbanyak dengan 9 jenis, di susul dengan Kalimantan dengan 8 jenis. Dengan banyaknya jenis burung rangkong di Indonesia menjadikan daerah penting untuk konservasi burung rangkong di dunia.

Burung enggang memiliki kebiasaan selalu bertengger di dahan batang pohon yang besar dan yang paling tinggi. Kebiasaan bertengger di pohon yang tinggi ini untuk memudahkan burung tersebut memandang dan memperhatikan gerak-gerik binatang kecil yang ada di tanah maupun melihat dikejauhan buah-buahan di pohon yang sudah masak. Burung Enggang mempunyai kebiasaan hidup berpasang-pasangan dan cara bertelurnya merupakan suatu daya tarik tersendiri. Pada awal masa bertelur burung jantan membuat lubang yang terletak tinggi pada batang pohon untuk tempat bersarang dan bertelurnya burung betina. Selama mengerami telurnya, sang betina bersembunyi menutup lubang dengan dedaunan dan lumpur dengan lubang sebagai jendelanya. Kemudian burung jantan memberi makan burung betinanya melalui sebuah lubang kecil selama masa inkubasi, dan berlanjut sampai anak mereka tumbuh menjadi burung muda. Karena itulah burung enggang ini dijadikan sebagai contoh kehidupan bagi orang dayak untuk bermasyarakat agar selalu mencintai dan mengasihi pasangan hidupnya dan mengasuh anak mereka hingga menjadi seorang dayak yang mandiri dan dewasa.

Dalam budaya Kalimantan, burung enggang (tingan) merupakan simbol “Alam Atas” yaitu alam kedewataan yang bersifat “maskulin”. Di Pulau Kalimantan, burung enggang sakti digunakan sebagai lambang daerah atau symbol. Burung enggang diwujudkan dalam bentuk ukiran pada Budaya Dayak
Penghargaan masyarakat dayak terhadap burung enggang sebagai suatu symbol yang diagungkan tercermin dalam budaya masyarakat Dayak berupa tarian tradisional yang diberi nama tari burung enggang atau Tari Kancet Lasan (Sebutan masyarakat dayak Kenyah). Tari ini menggambarkan kehidupan sehari-hari burung Enggang, burung yang dimuliakan oleh suku Dayak karena dianggap sebagai tanda keagungan dan kepahlawanan. Tarian ini lebih ditekankan pada gerak-gerak burung Enggang ketika terbang melayang dan hinggap bertengger di dahan pohon.
                      (sumber :http://borneonews-borneoku.blogspot.co.id/2012/03/burung-khas-kaliantan.html)
Burung enggang juga dipakai sebagai logo atau maskot sebuah daerah, salah satu contohnya adalah daerah Malinau.
Dua Kepala Burung Enggang di atas bunga kapas dan padi: Melambangkan keindahan dan keagungan seni budaya dan adat istiadat setempat. Hampir setiap suku di Kabupaten Malinau menganggap Burung Enggang merupakan Raja dan burung yang sangat berwibawa. Di malinau sendiri, burung tersebut sudah dilarang perburuannya. Bupati Malinau juga telah mengeluarkan surat edaran tentang larangan perburuan untuk semua hewan dan binatang yang ada disekitar Taman Nasional Kayan Mentarang yang salah satunya adalah burung enggang. Seluruh jenis rangkong di Indonesia di lindungi oleh pemerintah yang di tuangkan dalam Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999.

Mari kita melestarikan burung enggang !!!

refrensi:



Burung Enggang mempunyai kebiasaan hidup berpasang-pasangan dan cara bertelurnya merupakan suatu daya tarik tersendiri. Pada awal masa bertelur burung jantan membuat lubang yang terletak tinggi pada batang pohon untuk tempat bersarang dan bertelurnya burung betina. Selama mengerami telurnya, sang betina bersembunyi menutup lubang dengan dedaunan dan lumpur dengan lubang sebagai jendelanya. Kemudian burung jantan memberi makan burung betinanya melalui sebuah lubang kecil selama masa inkubasi, dan berlanjut sampai anak mereka tumbuh menjadi burung muda. Karena itulah burung enggang ini dijadikan sebagai contoh kehidupan bagi orang dayak untuk bermasyarakat agar selalu mencintai dan mengasihi pasangan hidupnya dan mengasuh anak mereka hingga menjadi seorang dayak yang mandiri dan dewasa.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Burung Enggang mempunyai kebiasaan hidup berpasang-pasangan dan cara bertelurnya merupakan suatu daya tarik tersendiri. Pada awal masa bertelur burung jantan membuat lubang yang terletak tinggi pada batang pohon untuk tempat bersarang dan bertelurnya burung betina. Selama mengerami telurnya, sang betina bersembunyi menutup lubang dengan dedaunan dan lumpur dengan lubang sebagai jendelanya. Kemudian burung jantan memberi makan burung betinanya melalui sebuah lubang kecil selama masa inkubasi, dan berlanjut sampai anak mereka tumbuh menjadi burung muda. Karena itulah burung enggang ini dijadikan sebagai contoh kehidupan bagi orang dayak untuk bermasyarakat agar selalu mencintai dan mengasihi pasangan hidupnya dan mengasuh anak mereka hingga menjadi seorang dayak yang mandiri dan dewasa.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
urung Enggang mempunyai kebiasaan hidup berpasang-pasangan dan cara bertelurnya merupakan suatu daya tarik tersendiri. Pada awal masa bertelur burung jantan membuat lubang yang terletak tinggi pada batang pohon untuk tempat bersarang dan bertelurnya burung betina. Selama mengerami telurnya, sang betina bersembunyi menutup lubang dengan dedaunan dan lumpur dengan lubang sebagai jendelanya. Kemudian burung jantan memberi makan burung betinanya melalui sebuah lubang kecil selama masa inkubasi, dan berlanjut sampai anak mereka tumbuh menjadi burung muda. Karena itulah burung enggang ini dijadikan sebagai contoh kehidupan bagi orang dayak untuk bermasyarakat agar selalu mencintai dan mengasihi pasangan hidupnya dan mengasuh anak mereka hingga menjadi seorang dayak yang mandiri dan dewasa.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
urung Enggang mempunyai kebiasaan hidup berpasang-pasangan dan cara bertelurnya merupakan suatu daya tarik tersendiri. Pada awal masa bertelur burung jantan membuat lubang yang terletak tinggi pada batang pohon untuk tempat bersarang dan bertelurnya burung betina. Selama mengerami telurnya, sang betina bersembunyi menutup lubang dengan dedaunan dan lumpur dengan lubang sebagai jendelanya. Kemudian burung jantan memberi makan burung betinanya melalui sebuah lubang kecil selama masa inkubasi, dan berlanjut sampai anak mereka tumbuh menjadi burung muda. Karena itulah burung enggang ini dijadikan sebagai contoh kehidupan bagi orang dayak untuk bermasyarakat agar selalu mencintai dan mengasihi pasangan hidupnya dan mengasuh anak mereka hingga menjadi seorang dayak yang mandiri dan dewasa.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
urung Enggang mempunyai kebiasaan hidup berpasang-pasangan dan cara bertelurnya merupakan suatu daya tarik tersendiri. Pada awal masa bertelur burung jantan membuat lubang yang terletak tinggi pada batang pohon untuk tempat bersarang dan bertelurnya burung betina. Selama mengerami telurnya, sang betina bersembunyi menutup lubang dengan dedaunan dan lumpur dengan lubang sebagai jendelanya. Kemudian burung jantan memberi makan burung betinanya melalui sebuah lubang kecil selama masa inkubasi, dan berlanjut sampai anak mereka tumbuh menjadi burung muda. Karena itulah burung enggang ini dijadikan sebagai contoh kehidupan bagi orang dayak untuk bermasyarakat agar selalu mencintai dan mengasihi pasangan hidupnya dan mengasuh anak mereka hingga menjadi seorang dayak yang mandiri dan dewasa.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7
urung Enggang mempunyai kebiasaan hidup berpasang-pasangan dan cara bertelurnya merupakan suatu daya tarik tersendiri. Pada awal masa bertelur burung jantan membuat lubang yang terletak tinggi pada batang pohon untuk tempat bersarang dan bertelurnya burung betina. Selama mengerami telurnya, sang betina bersembunyi menutup lubang dengan dedaunan dan lumpur dengan lubang sebagai jendelanya. Kemudian burung jantan memberi makan burung betinanya melalui sebuah lubang kecil selama masa inkubasi, dan berlanjut sampai anak mereka tumbuh menjadi burung muda. Karena itulah burung enggang ini dijadikan sebagai contoh kehidupan bagi orang dayak untuk bermasyarakat agar selalu mencintai dan mengasihi pasangan hidupnya dan mengasuh anak mereka hingga menjadi seorang dayak yang mandiri dan dewasa.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6