Sejenis burung yang mempunyai paruh berbentuk tanduk sapi tetapi tanpa
lingkaran. Biasanya paruhnya itu berwarna terang. Nama ilmiahnya
“Buceros” merujuk pada bentuk paruh, dan memiliki arti “tanduk sapi”
dalam Bahasa Yunani. Burung enggang merupakan salah satu
fauna endemik kalimantan. Burung enggang atau yang sering disebut burung rangkong
mempunyai nama latin Bucerotidae. Burung enggang (bahasa Inggris: Hornbill) Di antara semua jenis burung enggang/burung rangkong, enggang gading (Buceros vigil) adalah
yang terbesar ukurannya, kepalanya dan paruhnya besar, tebal dan kokoh
dengan tanduk yg menutup bagian dahinya. Warna tanduk merah pada bagian
yang dekat dengan kepala, kuning gading pada sisanya.Ekor sangat panjang sampai dua kali panjang tubuhnya
seluruhnya dapat mencapai 1,5 m, terbangnya kuat dengan mengeluarkan
bunyi hempasan sayap.
Binatang yang
dilindungi ini pada usia mudanya mempunyai paruh dan mahkota berwarna
putih. Seiring usianya, paruh dan mahkotanya akan berubah warna menjadi
oranye dan merah, ini akibat dari seringnya enggang menggesekkan paruh
ke kelenjar penghasil warna oranye merah yang terletak di bawah ekornya
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6v
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6v
Binatang yang
dilindungi ini pada usia mudanya mempunyai paruh dan mahkota berwarna
putih. Seiring usianya, paruh dan mahkotanya akan berubah warna menjadi
oranye dan merah, ini akibat dari seringnya enggang menggesekkan paruh
ke kelenjar penghasil warna oranye merah yang terletak di bawah ekornya
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Binatang yang
dilindungi ini pada usia mudanya mempunyai paruh dan mahkota berwarna
putih. Seiring usianya, paruh dan mahkotanya akan berubah warna menjadi
oranye dan merah, ini akibat dari seringnya enggang menggesekkan paruh
ke kelenjar penghasil warna oranye merah yang terletak di bawah ekornya
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Binatang yang
dilindungi ini pada usia mudanya mempunyai paruh dan mahkota berwarna
putih. Seiring usianya, paruh dan mahkotanya akan berubah warna menjadi
oranye dan merah, ini akibat dari seringnya enggang menggesekkan paruh
ke kelenjar penghasil warna oranye merah yang terletak di bawah ekornya
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Binatang yang
dilindungi ini pada usia mudanya mempunyai paruh dan mahkota berwarna
putih. Seiring usianya, paruh dan mahkotanya akan berubah warna menjadi
oranye dan merah, ini akibat dari seringnya enggang menggesekkan paruh
ke kelenjar penghasil warna oranye merah yang terletak di bawah ekornya
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Binatang yang
dilindungi ini pada usia mudanya mempunyai paruh dan mahkota berwarna
putih. Seiring usianya, paruh dan mahkotanya akan berubah warna menjadi
oranye dan merah, ini akibat dari seringnya enggang menggesekkan paruh
ke kelenjar penghasil warna oranye merah yang terletak di bawah ekornya.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Binatang yang
dilindungi ini pada usia mudanya mempunyai paruh dan mahkota berwarna
putih. Seiring usianya, paruh dan mahkotanya akan berubah warna menjadi
oranye dan merah, ini akibat dari seringnya enggang menggesekkan paruh
ke kelenjar penghasil warna oranye merah yang terletak di bawah ekornya.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Burung ini tersebar di Kalimantan dan Sumatera sampai ketinggian 1.500 m
di atas permukaan laut. Burung ini membutuhkan habitat yang berupa
hutan dengan pepohonan yang tinggi yaitu di hutan tropika yang tidak
terganggu, yang masih utuh.Indonesia merupakan rumah bagi 13 jenis burung rangkong yang tersebar
di hutan hujan tropis, tiga diantaranya bersifat endemik. Mayoritas,
rangkong banyak ditemukan di daerah hutan dataran rendah hutan
perbukitan (0 – 1000 m dpl). Di daerah pegunungan (> 1000 m dpl)
rangkong sudah mulai jarang ditemukan. Pulau Sumatera menempati jumlah
terbanyak dengan 9 jenis, di susul dengan Kalimantan dengan 8 jenis.
Dengan banyaknya jenis burung rangkong di Indonesia menjadikan daerah
penting untuk konservasi burung rangkong di dunia.
Burung enggang memiliki kebiasaan selalu bertengger di dahan batang
pohon yang besar dan yang paling tinggi. Kebiasaan bertengger di pohon
yang tinggi ini untuk memudahkan burung tersebut memandang dan
memperhatikan gerak-gerik binatang kecil yang ada di tanah maupun
melihat dikejauhan buah-buahan di pohon yang sudah masak. Burung
Enggang mempunyai kebiasaan hidup berpasang-pasangan dan cara bertelurnya
merupakan suatu daya tarik tersendiri. Pada awal masa bertelur burung jantan
membuat lubang yang terletak tinggi pada batang pohon untuk tempat bersarang
dan bertelurnya burung betina. Selama mengerami telurnya, sang betina bersembunyi
menutup lubang dengan dedaunan dan lumpur dengan lubang sebagai jendelanya.
Kemudian burung jantan memberi makan burung betinanya melalui sebuah lubang
kecil selama masa inkubasi, dan berlanjut sampai anak mereka tumbuh menjadi
burung muda. Karena itulah burung enggang ini dijadikan sebagai contoh
kehidupan bagi orang dayak untuk bermasyarakat agar selalu mencintai dan
mengasihi pasangan hidupnya dan mengasuh anak mereka hingga menjadi seorang
dayak yang mandiri dan dewasa.
Dalam budaya Kalimantan, burung enggang (tingan) merupakan simbol “Alam Atas” yaitu alam kedewataan yang bersifat “maskulin”. Di Pulau Kalimantan, burung enggang sakti digunakan sebagai lambang daerah atau symbol. Burung enggang diwujudkan dalam bentuk ukiran pada Budaya Dayak
Penghargaan masyarakat dayak terhadap burung enggang sebagai suatu symbol yang diagungkan tercermin dalam budaya masyarakat Dayak berupa tarian tradisional yang diberi nama tari burung enggang atau Tari Kancet Lasan (Sebutan masyarakat dayak Kenyah). Tari ini menggambarkan kehidupan sehari-hari burung Enggang, burung yang dimuliakan oleh suku Dayak karena dianggap sebagai tanda keagungan dan kepahlawanan. Tarian ini lebih ditekankan pada gerak-gerak burung Enggang ketika terbang melayang dan hinggap bertengger di dahan pohon.
Burung enggang juga dipakai sebagai logo atau maskot sebuah daerah, salah satu contohnya adalah daerah Malinau.
Dua Kepala Burung Enggang di atas bunga kapas dan padi: Melambangkan
keindahan dan keagungan seni budaya dan adat istiadat setempat. Hampir setiap
suku di Kabupaten Malinau menganggap Burung Enggang merupakan Raja dan burung
yang sangat berwibawa. Di malinau sendiri, burung tersebut sudah dilarang perburuannya. Bupati Malinau juga telah mengeluarkan surat edaran tentang larangan
perburuan untuk semua hewan dan binatang yang ada disekitar Taman
Nasional Kayan Mentarang yang salah satunya adalah burung enggang. Seluruh jenis rangkong di Indonesia di lindungi oleh pemerintah yang di tuangkan dalam Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999.
Mari kita melestarikan burung enggang !!!
refrensi:
https://blogs.uajy.ac.id/yuniafrischilla/2015/12/06/save-enggang/
http://www.wisatakaltim.com/sejarah/burung-enggang/
https://id.wikipedia.org/wiki/Rangkong
http://www.kemendagri.go.id/pages/profil-daerah/kabupaten/id/64/name/kalimantan-timur/detail/6406/malinau)
http://www.wisatakaltim.com/sejarah/burung-enggang/
https://id.wikipedia.org/wiki/Rangkong
http://www.kemendagri.go.id/pages/profil-daerah/kabupaten/id/64/name/kalimantan-timur/detail/6406/malinau)
Burung Enggang
mempunyai kebiasaan hidup berpasang-pasangan dan cara bertelurnya
merupakan suatu daya tarik tersendiri. Pada awal masa bertelur burung
jantan membuat lubang yang terletak tinggi pada batang pohon untuk
tempat bersarang dan bertelurnya burung betina. Selama mengerami
telurnya, sang betina bersembunyi menutup lubang dengan dedaunan dan
lumpur dengan lubang sebagai jendelanya. Kemudian burung jantan memberi
makan burung betinanya melalui sebuah lubang kecil selama masa inkubasi,
dan berlanjut sampai anak mereka tumbuh menjadi burung muda. Karena
itulah burung enggang ini dijadikan sebagai contoh kehidupan bagi orang
dayak untuk bermasyarakat agar selalu mencintai dan mengasihi pasangan
hidupnya dan mengasuh anak mereka hingga menjadi seorang dayak yang
mandiri dan dewasa.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Burung Enggang
mempunyai kebiasaan hidup berpasang-pasangan dan cara bertelurnya
merupakan suatu daya tarik tersendiri. Pada awal masa bertelur burung
jantan membuat lubang yang terletak tinggi pada batang pohon untuk
tempat bersarang dan bertelurnya burung betina. Selama mengerami
telurnya, sang betina bersembunyi menutup lubang dengan dedaunan dan
lumpur dengan lubang sebagai jendelanya. Kemudian burung jantan memberi
makan burung betinanya melalui sebuah lubang kecil selama masa inkubasi,
dan berlanjut sampai anak mereka tumbuh menjadi burung muda. Karena
itulah burung enggang ini dijadikan sebagai contoh kehidupan bagi orang
dayak untuk bermasyarakat agar selalu mencintai dan mengasihi pasangan
hidupnya dan mengasuh anak mereka hingga menjadi seorang dayak yang
mandiri dan dewasa.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
urung Enggang mempunyai
kebiasaan hidup berpasang-pasangan dan cara bertelurnya merupakan suatu
daya tarik tersendiri. Pada awal masa bertelur burung jantan membuat
lubang yang terletak tinggi pada batang pohon untuk tempat bersarang dan
bertelurnya burung betina. Selama mengerami telurnya, sang betina
bersembunyi menutup lubang dengan dedaunan dan lumpur dengan lubang
sebagai jendelanya. Kemudian burung jantan memberi makan burung
betinanya melalui sebuah lubang kecil selama masa inkubasi, dan
berlanjut sampai anak mereka tumbuh menjadi burung muda. Karena itulah
burung enggang ini dijadikan sebagai contoh kehidupan bagi orang dayak
untuk bermasyarakat agar selalu mencintai dan mengasihi pasangan
hidupnya dan mengasuh anak mereka hingga menjadi seorang dayak yang
mandiri dan dewasa.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
urung Enggang mempunyai
kebiasaan hidup berpasang-pasangan dan cara bertelurnya merupakan suatu
daya tarik tersendiri. Pada awal masa bertelur burung jantan membuat
lubang yang terletak tinggi pada batang pohon untuk tempat bersarang dan
bertelurnya burung betina. Selama mengerami telurnya, sang betina
bersembunyi menutup lubang dengan dedaunan dan lumpur dengan lubang
sebagai jendelanya. Kemudian burung jantan memberi makan burung
betinanya melalui sebuah lubang kecil selama masa inkubasi, dan
berlanjut sampai anak mereka tumbuh menjadi burung muda. Karena itulah
burung enggang ini dijadikan sebagai contoh kehidupan bagi orang dayak
untuk bermasyarakat agar selalu mencintai dan mengasihi pasangan
hidupnya dan mengasuh anak mereka hingga menjadi seorang dayak yang
mandiri dan dewasa.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
urung Enggang mempunyai
kebiasaan hidup berpasang-pasangan dan cara bertelurnya merupakan suatu
daya tarik tersendiri. Pada awal masa bertelur burung jantan membuat
lubang yang terletak tinggi pada batang pohon untuk tempat bersarang dan
bertelurnya burung betina. Selama mengerami telurnya, sang betina
bersembunyi menutup lubang dengan dedaunan dan lumpur dengan lubang
sebagai jendelanya. Kemudian burung jantan memberi makan burung
betinanya melalui sebuah lubang kecil selama masa inkubasi, dan
berlanjut sampai anak mereka tumbuh menjadi burung muda. Karena itulah
burung enggang ini dijadikan sebagai contoh kehidupan bagi orang dayak
untuk bermasyarakat agar selalu mencintai dan mengasihi pasangan
hidupnya dan mengasuh anak mereka hingga menjadi seorang dayak yang
mandiri dan dewasa.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7
urung Enggang mempunyai
kebiasaan hidup berpasang-pasangan dan cara bertelurnya merupakan suatu
daya tarik tersendiri. Pada awal masa bertelur burung jantan membuat
lubang yang terletak tinggi pada batang pohon untuk tempat bersarang dan
bertelurnya burung betina. Selama mengerami telurnya, sang betina
bersembunyi menutup lubang dengan dedaunan dan lumpur dengan lubang
sebagai jendelanya. Kemudian burung jantan memberi makan burung
betinanya melalui sebuah lubang kecil selama masa inkubasi, dan
berlanjut sampai anak mereka tumbuh menjadi burung muda. Karena itulah
burung enggang ini dijadikan sebagai contoh kehidupan bagi orang dayak
untuk bermasyarakat agar selalu mencintai dan mengasihi pasangan
hidupnya dan mengasuh anak mereka hingga menjadi seorang dayak yang
mandiri dan dewasa.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar