Kamis, 19 Mei 2016

MARI MENGENAL BURUNG ENGGANG


                                  (sumber :https://blogs.uajy.ac.id/yuniafrischilla/2015/12/06/save-enggang/) 

Sejenis burung yang mempunyai paruh berbentuk tanduk sapi tetapi tanpa lingkaran. Biasanya paruhnya itu berwarna terang. Nama ilmiahnya “Buceros” merujuk pada bentuk paruh, dan memiliki arti “tanduk sapi” dalam Bahasa Yunani. Burung enggang merupakan salah satu fauna endemik kalimantan. Burung enggang atau yang sering disebut burung rangkong mempunyai nama latin  Bucerotidae. Burung enggang (bahasa Inggris: Hornbill) Di antara semua jenis burung enggang/burung rangkong, enggang gading (Buceros vigil) adalah yang terbesar ukurannya, kepalanya dan paruhnya besar, tebal dan kokoh dengan tanduk yg menutup bagian dahinya. Warna tanduk merah pada bagian yang dekat dengan kepala, kuning gading pada sisanya.Ekor sangat panjang sampai dua kali panjang tubuhnya seluruhnya dapat mencapai 1,5 m, terbangnya kuat dengan mengeluarkan bunyi hempasan sayap.

Binatang yang dilindungi ini pada usia mudanya mempunyai paruh dan mahkota berwarna putih. Seiring usianya, paruh dan mahkotanya akan berubah warna menjadi oranye dan merah, ini akibat dari seringnya enggang menggesekkan paruh ke kelenjar penghasil warna oranye merah yang terletak di bawah ekornya

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6v
Binatang yang dilindungi ini pada usia mudanya mempunyai paruh dan mahkota berwarna putih. Seiring usianya, paruh dan mahkotanya akan berubah warna menjadi oranye dan merah, ini akibat dari seringnya enggang menggesekkan paruh ke kelenjar penghasil warna oranye merah yang terletak di bawah ekornya

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Binatang yang dilindungi ini pada usia mudanya mempunyai paruh dan mahkota berwarna putih. Seiring usianya, paruh dan mahkotanya akan berubah warna menjadi oranye dan merah, ini akibat dari seringnya enggang menggesekkan paruh ke kelenjar penghasil warna oranye merah yang terletak di bawah ekornya

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Binatang yang dilindungi ini pada usia mudanya mempunyai paruh dan mahkota berwarna putih. Seiring usianya, paruh dan mahkotanya akan berubah warna menjadi oranye dan merah, ini akibat dari seringnya enggang menggesekkan paruh ke kelenjar penghasil warna oranye merah yang terletak di bawah ekornya

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Binatang yang dilindungi ini pada usia mudanya mempunyai paruh dan mahkota berwarna putih. Seiring usianya, paruh dan mahkotanya akan berubah warna menjadi oranye dan merah, ini akibat dari seringnya enggang menggesekkan paruh ke kelenjar penghasil warna oranye merah yang terletak di bawah ekornya

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Binatang yang dilindungi ini pada usia mudanya mempunyai paruh dan mahkota berwarna putih. Seiring usianya, paruh dan mahkotanya akan berubah warna menjadi oranye dan merah, ini akibat dari seringnya enggang menggesekkan paruh ke kelenjar penghasil warna oranye merah yang terletak di bawah ekornya.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Binatang yang dilindungi ini pada usia mudanya mempunyai paruh dan mahkota berwarna putih. Seiring usianya, paruh dan mahkotanya akan berubah warna menjadi oranye dan merah, ini akibat dari seringnya enggang menggesekkan paruh ke kelenjar penghasil warna oranye merah yang terletak di bawah ekornya.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Burung ini tersebar di Kalimantan dan Sumatera sampai ketinggian 1.500 m di atas permukaan laut. Burung ini membutuhkan habitat yang berupa hutan dengan pepohonan yang tinggi yaitu di hutan tropika yang tidak terganggu, yang masih utuh.Indonesia merupakan rumah bagi 13 jenis burung rangkong yang tersebar di hutan hujan tropis, tiga diantaranya bersifat endemik. Mayoritas, rangkong banyak ditemukan di daerah hutan dataran rendah hutan perbukitan (0 – 1000 m dpl). Di daerah pegunungan (> 1000 m dpl) rangkong sudah mulai jarang ditemukan. Pulau Sumatera menempati jumlah terbanyak dengan 9 jenis, di susul dengan Kalimantan dengan 8 jenis. Dengan banyaknya jenis burung rangkong di Indonesia menjadikan daerah penting untuk konservasi burung rangkong di dunia.

Burung enggang memiliki kebiasaan selalu bertengger di dahan batang pohon yang besar dan yang paling tinggi. Kebiasaan bertengger di pohon yang tinggi ini untuk memudahkan burung tersebut memandang dan memperhatikan gerak-gerik binatang kecil yang ada di tanah maupun melihat dikejauhan buah-buahan di pohon yang sudah masak. Burung Enggang mempunyai kebiasaan hidup berpasang-pasangan dan cara bertelurnya merupakan suatu daya tarik tersendiri. Pada awal masa bertelur burung jantan membuat lubang yang terletak tinggi pada batang pohon untuk tempat bersarang dan bertelurnya burung betina. Selama mengerami telurnya, sang betina bersembunyi menutup lubang dengan dedaunan dan lumpur dengan lubang sebagai jendelanya. Kemudian burung jantan memberi makan burung betinanya melalui sebuah lubang kecil selama masa inkubasi, dan berlanjut sampai anak mereka tumbuh menjadi burung muda. Karena itulah burung enggang ini dijadikan sebagai contoh kehidupan bagi orang dayak untuk bermasyarakat agar selalu mencintai dan mengasihi pasangan hidupnya dan mengasuh anak mereka hingga menjadi seorang dayak yang mandiri dan dewasa.

Dalam budaya Kalimantan, burung enggang (tingan) merupakan simbol “Alam Atas” yaitu alam kedewataan yang bersifat “maskulin”. Di Pulau Kalimantan, burung enggang sakti digunakan sebagai lambang daerah atau symbol. Burung enggang diwujudkan dalam bentuk ukiran pada Budaya Dayak
Penghargaan masyarakat dayak terhadap burung enggang sebagai suatu symbol yang diagungkan tercermin dalam budaya masyarakat Dayak berupa tarian tradisional yang diberi nama tari burung enggang atau Tari Kancet Lasan (Sebutan masyarakat dayak Kenyah). Tari ini menggambarkan kehidupan sehari-hari burung Enggang, burung yang dimuliakan oleh suku Dayak karena dianggap sebagai tanda keagungan dan kepahlawanan. Tarian ini lebih ditekankan pada gerak-gerak burung Enggang ketika terbang melayang dan hinggap bertengger di dahan pohon.
                      (sumber :http://borneonews-borneoku.blogspot.co.id/2012/03/burung-khas-kaliantan.html)
Burung enggang juga dipakai sebagai logo atau maskot sebuah daerah, salah satu contohnya adalah daerah Malinau.
Dua Kepala Burung Enggang di atas bunga kapas dan padi: Melambangkan keindahan dan keagungan seni budaya dan adat istiadat setempat. Hampir setiap suku di Kabupaten Malinau menganggap Burung Enggang merupakan Raja dan burung yang sangat berwibawa. Di malinau sendiri, burung tersebut sudah dilarang perburuannya. Bupati Malinau juga telah mengeluarkan surat edaran tentang larangan perburuan untuk semua hewan dan binatang yang ada disekitar Taman Nasional Kayan Mentarang yang salah satunya adalah burung enggang. Seluruh jenis rangkong di Indonesia di lindungi oleh pemerintah yang di tuangkan dalam Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999.

Mari kita melestarikan burung enggang !!!

refrensi:



Burung Enggang mempunyai kebiasaan hidup berpasang-pasangan dan cara bertelurnya merupakan suatu daya tarik tersendiri. Pada awal masa bertelur burung jantan membuat lubang yang terletak tinggi pada batang pohon untuk tempat bersarang dan bertelurnya burung betina. Selama mengerami telurnya, sang betina bersembunyi menutup lubang dengan dedaunan dan lumpur dengan lubang sebagai jendelanya. Kemudian burung jantan memberi makan burung betinanya melalui sebuah lubang kecil selama masa inkubasi, dan berlanjut sampai anak mereka tumbuh menjadi burung muda. Karena itulah burung enggang ini dijadikan sebagai contoh kehidupan bagi orang dayak untuk bermasyarakat agar selalu mencintai dan mengasihi pasangan hidupnya dan mengasuh anak mereka hingga menjadi seorang dayak yang mandiri dan dewasa.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Burung Enggang mempunyai kebiasaan hidup berpasang-pasangan dan cara bertelurnya merupakan suatu daya tarik tersendiri. Pada awal masa bertelur burung jantan membuat lubang yang terletak tinggi pada batang pohon untuk tempat bersarang dan bertelurnya burung betina. Selama mengerami telurnya, sang betina bersembunyi menutup lubang dengan dedaunan dan lumpur dengan lubang sebagai jendelanya. Kemudian burung jantan memberi makan burung betinanya melalui sebuah lubang kecil selama masa inkubasi, dan berlanjut sampai anak mereka tumbuh menjadi burung muda. Karena itulah burung enggang ini dijadikan sebagai contoh kehidupan bagi orang dayak untuk bermasyarakat agar selalu mencintai dan mengasihi pasangan hidupnya dan mengasuh anak mereka hingga menjadi seorang dayak yang mandiri dan dewasa.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
urung Enggang mempunyai kebiasaan hidup berpasang-pasangan dan cara bertelurnya merupakan suatu daya tarik tersendiri. Pada awal masa bertelur burung jantan membuat lubang yang terletak tinggi pada batang pohon untuk tempat bersarang dan bertelurnya burung betina. Selama mengerami telurnya, sang betina bersembunyi menutup lubang dengan dedaunan dan lumpur dengan lubang sebagai jendelanya. Kemudian burung jantan memberi makan burung betinanya melalui sebuah lubang kecil selama masa inkubasi, dan berlanjut sampai anak mereka tumbuh menjadi burung muda. Karena itulah burung enggang ini dijadikan sebagai contoh kehidupan bagi orang dayak untuk bermasyarakat agar selalu mencintai dan mengasihi pasangan hidupnya dan mengasuh anak mereka hingga menjadi seorang dayak yang mandiri dan dewasa.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
urung Enggang mempunyai kebiasaan hidup berpasang-pasangan dan cara bertelurnya merupakan suatu daya tarik tersendiri. Pada awal masa bertelur burung jantan membuat lubang yang terletak tinggi pada batang pohon untuk tempat bersarang dan bertelurnya burung betina. Selama mengerami telurnya, sang betina bersembunyi menutup lubang dengan dedaunan dan lumpur dengan lubang sebagai jendelanya. Kemudian burung jantan memberi makan burung betinanya melalui sebuah lubang kecil selama masa inkubasi, dan berlanjut sampai anak mereka tumbuh menjadi burung muda. Karena itulah burung enggang ini dijadikan sebagai contoh kehidupan bagi orang dayak untuk bermasyarakat agar selalu mencintai dan mengasihi pasangan hidupnya dan mengasuh anak mereka hingga menjadi seorang dayak yang mandiri dan dewasa.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
urung Enggang mempunyai kebiasaan hidup berpasang-pasangan dan cara bertelurnya merupakan suatu daya tarik tersendiri. Pada awal masa bertelur burung jantan membuat lubang yang terletak tinggi pada batang pohon untuk tempat bersarang dan bertelurnya burung betina. Selama mengerami telurnya, sang betina bersembunyi menutup lubang dengan dedaunan dan lumpur dengan lubang sebagai jendelanya. Kemudian burung jantan memberi makan burung betinanya melalui sebuah lubang kecil selama masa inkubasi, dan berlanjut sampai anak mereka tumbuh menjadi burung muda. Karena itulah burung enggang ini dijadikan sebagai contoh kehidupan bagi orang dayak untuk bermasyarakat agar selalu mencintai dan mengasihi pasangan hidupnya dan mengasuh anak mereka hingga menjadi seorang dayak yang mandiri dan dewasa.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7
urung Enggang mempunyai kebiasaan hidup berpasang-pasangan dan cara bertelurnya merupakan suatu daya tarik tersendiri. Pada awal masa bertelur burung jantan membuat lubang yang terletak tinggi pada batang pohon untuk tempat bersarang dan bertelurnya burung betina. Selama mengerami telurnya, sang betina bersembunyi menutup lubang dengan dedaunan dan lumpur dengan lubang sebagai jendelanya. Kemudian burung jantan memberi makan burung betinanya melalui sebuah lubang kecil selama masa inkubasi, dan berlanjut sampai anak mereka tumbuh menjadi burung muda. Karena itulah burung enggang ini dijadikan sebagai contoh kehidupan bagi orang dayak untuk bermasyarakat agar selalu mencintai dan mengasihi pasangan hidupnya dan mengasuh anak mereka hingga menjadi seorang dayak yang mandiri dan dewasa.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar